Ayo Belajar Budidaya Ikan Patin!

Budidaya Ikan Patin
Tahu ikan patin? Ikan tawar yang satu ini telah lama menjadi primadona di kalangan pecinta kuliner. Tidak heran jika makin hari permintaannya semakin meningkat. Ikan patin memiliki warna keperakan dan punggung yang dipenuhi gradasi warna biru. Seiring dengan permintaannya yang semakin tajam, tidak mengherankan jika banyak yang melirik usaha budidaya ikan patin. Ikan dengan panjang antara 35 sampai 40 cm ini juga tergolong ikan yang mudah dibudidayakan sebab ia tak membutuhkan air yang mengalir untuk mengembangkan bobot tubuhnya. Selain itu, ikan patin juga sanggup hidup di air dengan kandungan kadar oksigen rendah.

Ikan patin termasuk ke dalam kerabat Pangasidae dengan klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
  • Ordo : Ostarioplaysi.
  • Subordo : Siluriodea.
  • Famili : Pangasidae.
  • Genus : Pangasius.
  • Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
Di Indonesia, jenis ikan patin yang paling umum dibudidayakan antara lain:
  1. Ikan juari atau Pangasium Polyuranodo.
  2. Pangasius Nasutus.
  3. Pangasius Nieuwenhuisii
  4. Pangasius Macronema
Budidaya Ikan Patin 

Selain diternakkan untuk dikonsumsi, ternyata ikan patin juga bisa dijual sebagai ikan hias meski pasarnya segmented. Dua tujuan ini membuat usaha budidaya ikan patin semakin dilirik. Jika Anda tertarik memulai usaha ini. Pastikan Anda memenuhi persyaratan lokasi tambak ikan patin. Adapun lokasi yang baik adalah:
  1. Tanah untuk kolam ikan patin haruslah tanah yang lempung atau liat dan bukan tanah yang berporos sebab tanah demikian tidak bisa menahan massa air dalam jumlah yang besar. Dengan tanah yang liat, kolam jauh lebih baik dan bisa dibuat pematang atau dinding kolam dengan lebih mudah.
  2. Perhatikan pula kemiringan tanah. Yang paling baik berkisar di angka 3 sampai 5 %. Hal ini akan memudahkan sistem pengairan kolam dengan menggunakan hukum gravitasi.
  3. Perhatikan kualitas air untuk pemeliharaan. Mutlak bersih dan tidak tercemar dengan limbah kimia atau bahan kimia, jernih tidak keruh dan lain-lain. Air ini penting sebab jika kotor, jamur akan mudah tumbuh.
  4. Suhu air juga penting untuk diperhatikan terutama pada saat proses penetasan telur menjadi larva yang terjadi di dalam akuarium. Suhu terbaik adalah 26 sampai 28 derajat celcius. Sementara itu pH air antara 6,6 sampai 7.

Pedoman Budidaya Ikan Patin

Secara umum, kegiatan budidaya ikan patin terdiri dari dua kegiatan yakni pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan ikan patin masih tergolong sesuatu yang jarang diketahui sebab selama ini masyarakat lebih memilih mengambil benih ikan patin di sungai, waduk atau situ. Proses pembenihan sendiri adalah upaya menghasilkan bibit ikan dengan ukuran yang diinginkan. Hasil akhirnya berupa benih ikan yang telah melalui proses pendederan. Jika ditarik dalam urutan garis besar maka kegiatan pembenihan meliputi:
  1. Memilih indukan yang siap diijah
  2. Menyiapkan hormon atau kelenjar hipofise yang bersumber dari ikan donor, yakni jenis ikan mars.
  3. Induce breeding atau proses kawin suntik
  4. Striping atau kegiatan pengurutan.
  5. Proses penetasan larva.
  6. Proses pendederan.
  7. Proses pemanenan

Menyiapkan Sarana Juga Peralatan

Lokasi kolam tempat budidaya ikan patin sebaiknya terletak di daerah yang dekat dengan sumber air dan terjamin bebas dari banjir. Kolam tersebut sebaiknya dibangun di tempat yang landai dengan capaian kemiringan antara 2 sampai 5%. Hal ini dimaksudkan agar sistem pengairan bisa menggunakan hukum gravitasi agar lebih mudah. Kolam dalam pemeliharaan ikan patin dibagi ke dalam 3 jenis yakni:
  1. Kolam tempat pemeliharaan sang indukan. Luas kolam ini bergantung jumlah induk serta tingkat pengelolaannya. Misalkan terdapat 100 kg induk dengan keperluan kolam seluas 500 meter persegi jika hanya diberikan pakan alami seperti dedak. Namun, jika ikan dipelihara dengan palan pellet maka ia hanya membutuhkan ruang kolam kira-kira 150 sampai 200 meter persegi. Kolam pemeliharaan induk ini sebaiknya berbentuk persegi dengan dinding kolam yang ditembok atau dari tanah yang telah dilapisi dengan anyaman bamboo misalnya.
  2. Kolam pemijahan. Kolam ini bisa saja dari kolam tembok atau tanah. Soal ukuran bergantung pada berapa jumlah indukan yang hendak dipijahkan. Ukurannya adalah 1 induk dengan berat misalnya 3 kilogram membutuhkan luas kolam sekitar 18 meter persegi dengan jumlah 18 ijuk untuk sarang. Dasar kolam pemijahan sebaiknya dibuat hingga miring ke area pembuangan agar dasar kolam bisa dikeringkan dengan sempurna saat dibersihkan.
  3. Kolam Pendederan. Bentuknya sebaiknya persegi empat. Biasanya kegiatan pendederan memerlukan lebih dari 1 kolam. Kolam pertama berukuran 25 sampai 500 meter persegi sementara itu kolam pendederan selanjutnya sebaiknya berukuran antara 500 sampai 100 meter perpetak-nya. Dasar kolam pendedaran dibuatkan kemalir atau saluran dasar dan terletak di dekat pintu kubangan. Fungsi kemalir ini sangat penting sebab ia merupakan tempat berkumpulnya benih.
Proses Pembibitan

Indukan yang hendak dipijah haruslah yang berkualitas baik dan dari kawanan ikan patin dewasa dan berasal dari proses pendewasaan di kolam sehingga kualitasnya lebih terjamin daripada ikan patin dewasa tangkapan di sungai atau waduk dan tempat lainnya. Indukan yang hendak dipijah terlebih dahulu dipelihara di dalam sangkar terapung dan diberi makanan khusus dengan kandungan protein yang tinggi. Peternak biasanya membuatkan pellet dari tepung ikan, dedak halus, menir beras, kedelai yang dicampur mineral dan juga vitamin. Pelet ini diberikan setiap hari selama lima hari dengan jumlah total per harinya 5%, dimana 2,5% di pagi hari dan 2,5% di sore hari. Langkah ini bertujuan agar gonad cepat matang.

Indukan ikan patin dengan gonad yang telah matang dan siap untuk dipijahkan, adalah:
  1. Indukan Jantan. Umurnya dua tahun, ukuran badan antara 1,5 sampai 2 kg, bagian kulit di perut terasa lembek dan tipis, apabila kita mengurutnya maka akan keluar cairan yang merupakan sperma dengan warna putih, bagian kelamin juga akan terlihat membengkak dan berwarna merah tua.
  2. Indukan patin betina. Umur 3 tahun dengan ukuran badan 1,5 sampai 2 kg. Bagian perut membesar hingga ke arah anus. Bagian perut terasa lebih kenyal saat diraba. Bagian kloakanya terlihat bengkak dan berwarna merah tua. Kulit bagian perut jauh lebih lembek juga tipis. Jika bagian kloaka ditekan maka akan keluar beberapa butir telur dengan bentuk bundar dan ukuran yang cenderung seragam.
Benih dari ikan patin dengan usia 1 hari sebaiknya dipindahkan ke akuarium yang berukuran 80cm x 45 cm x 45 cm. Akuarium tersebut telah diisi dengan air sumur yang sebelumnya telah diaerasi. Kepadatannya adalah 500 ekor per akuariumnya. Benih ini belum membutuhkan makanan tambahan karena ia masih memiliki makanan tabahan berupa kuning telur atau dikenal dengan istilah yolk sac.

Proses Pemeliharaan Dan Pembesaran 

Kolam ikan patin sebaiknya dipupuk agar produktivitas kolam bisa ameningkat dan merangsang laju pertumbuhan makanan alami di dalam kolam tersebut. Pupuk yang digunakan biasanya adalah pupuk kandang juga pupuk hijau, dosisnya antara 50 sampai 700 gram per meter persegi. Proses pemeliharaan juga mencakup pemberian pakan yang dilakukan di pagi dan sore hari. Makanan yang diberikan sebanyak 3 sampai 5 % dihitung dengan rasio berat badan di ikan. Jadi jumlah makanan akan berubah setiap bulannya mengikuti berat badan ikan yang juga terus bertambah. Selain itu, ikan juga harus diberi pakan tambahan berupa pellet dan juga ikan-ikan kecil misalnya rucah atau bisa pula makanan sisa dapur. Intensitas makanan tambahan ini diberikan 3 sampai 4 hari sekali. Tujuannya untuk merangsang nafsu makan sang ikan.

Selama proses pemeliharaan dalam budidaya ikan patin, peternak diharapkan selalu waspada terhadap serangan hama juga penyakit. Hama yang umumnya menyerang adalah kura-kura, lingsang, ular air, burung, biawak dan lain-lain. Sementara itu, penyakit yang biasanya dijumpai pada ikan patin adalah penyakit infeksi dan non-infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme pathogen seperti parasit, virus, jamur dan bakteri. Sementara penyakit non-infeksi disebabkan oleh keracunan bahan kimia dan kekurangan gizi.